Anda Pengunjung Ke :

Rabu, 01 Februari 2012

KISAH SI PEDAGANG AIR

Dahulu kala ada sebuah desa yang kekurangan air. Setiap hari warga desa harus menempuh jalanan berbukit yang jauh karena di seberang desa tersebut ada sebuah bukit yang mempunyai sumber mata air. Perjalanan yang harus ditempuh kira-kira 15 km.


Akhirnya dua orang pemuda, Pipi dan Embri, menawarkan tenaga mereka pada warga desa untuk mengambil air pada malam hari sehingga pada pagi hari warga desa tidak perlu menempuh perjalanan jauh. Warga desa sepakat akan membayar air yang  mereka bawa. Pipi dan Embri membuat bak air masing-masing. Matahari mulai tenggelam, saatnya Pipi dan Embri pergi ke bukit untuk mengambil air. Mereka membawa masing-masing dua buah ember dan berjalan seiring, seirama, saling bantu-membantu dalam perjalanan. Ketika fajar tiba, warga desa telah berkumpl di bak Pipi dan bak Embri dan mengantri untuk membeli air. Setelah matahari agak condog ke tengah, bak Pipi dan Embri pun kosong. Mereka menghitung hasil hari ini, ternyata uang yang dihasilkan Pipi dan Embri sama. Akhirnya mereka dapat membeli kebutuhan sehari-hari, lalu tidur, dan bangun ketika matahari tenggelam untuk mengambil air di bukit. Hal tersebut berlangsung setahun. Mereka mempunyai tabungan dan dapat membeli rumah dan ayam untuk dipelihara. Akhirnya Embri berpikir, mengapa penghasilanku tetap sama dengan Pipi sementara badanku lebih kuat dan lebih besar daripada Pipi!. Akhirnya Embri membuat satu bak lagi. Kini ada satu bak milik Pipi dan dua bak milik Embri. Bagaimana cara Embri memenuhi kedua bak tersebut? Ternyata Embri membawa bak tersebut dengan setengah berlari. Dulu Pipi dan Embri selalu seiring dan seirama ketika mengambil air dibukit, namun kini tidak lagi. Embri yang berbadan lebih  besar dan kuat berjalan dan mengisi bak lebih cepat dibanding Pipi.

Ketika fajar tiba, seperti biasa warga desa mengantri di bak Pipi dan bak Embri. Karena keperluan warga meningkat, bak Pipi dan Embri pun habis. Ketika hampir siang, mereka menghitung hasilnya dan hasil yang diperoleh Embri lebih banyak daripada hasil Pipi karena Embri berhasil menjual dua bak air. Mereka pun pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Bulan berganti tahun dan kini Embri dapat membeli rumah dan kerbau untuk dipelihara. Status sosial Embri pun meningkat, kini ia selalu membeli kebutuhan sehari-sehari di kota. Harga kebutuhan sehari-hari pun meningkat sampai akhirnya Pipi tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini disampaikan kepada sahabatnya, Embri, tetapi Embri memberi nasihat agar Pipi melakukan hal yang sama dengan yang telah dilakukan Embri, yaitu membawa air dengan setengah berlari. Tapi apa daya Pipi yang badannya tidak sebesar Embri. Dengan keadaan yang serba sulit, akhirnya Pipi pulang ke rumah. Tidak ada makan malam yang bisa dinikmatinya karena penghasilannya hanya memungkinkan ia makan sekali sehari.

Keesokan harinya, Pipi mendapat ide untuk meningkatkan pendapatannya dengan meningkatkan pembawaan air ke bak Pipi idenya adalah dengan menghubungkan mata air dan desa menggunakan pipa bambu. Masalahnya adalah bagaimana ia bisa merealisasikan hal tersebut. Akhirnya ia pergi menemui Embri agar Embri mau membantunya, tetapi Embri malah mengolok-olok Pipi dan mengatakan bahwa Pipi melakukan hal yang tidak wajar. Dengan penuh semangat, Pipi meminta bantuan kepada warga desa, tetapi sama halnya dengan Embri, mereka juga mengolok-olok Pipi. Karena butuh biaya, akhirnya Pipi memilih tidak untuk mengontrak rumah lagi, menjual semua ayamnya, dan membangun gubuk kecil dekat bak Pipi untuk tidur dan istirahat. Akhirnya Pipi memulai usahanya tersebut, ia mengumpulkan bambu-bambu dan menyusunnya dari bukit ke desanya. Hari demi hari, minggu demi minggu, dan akhirnya bulan demi bulan dilewati Pipi dalam kerja keras, usaha, dan kepahitan. Sementara itu Embri selalu berfoya-foya dan puas dengan apa yang telah ia dapatkan.

Tahun pun berganti, pipa air pun hampir selesai dikerjakan. Akhirnya Pipi kembali ke desa dan membuat 4 bak tambahan. Lagi-lagi Embri mengolok-olok, “Pipi, sedang dua saja kemarin kau tak sanggup, mengapa kau bangun empat bak lagi?” Pipi pun terdiam. Akhirnya esok pun datang. Pipi mengumumkan bahwa ia mempunyai air yang dapat diambil kapanpun dengan harga setengah dari harga yang ditawarkan Embri. Warga desa pun mengantri di bak Pipi. Kegiatan baru di desa pun kini mulai tercipta karena adanya air yang dapat diambil setiap saat. Dahulu kegiatan mandi hanya dilakukan sekali sahari, yaitu pada pagi hari. Kini mandi dilakukan dua kali sehari. Dahulu binatang ternak seperti kerbau tidak dimandikan, kini ternak dimandikan dan gerobak kecil pun mulai dicuci.

Embri pun kelimpungan. Ia yang terbiasa hidup enak terkejut melihat antrian bak airnya yang selalu kosong. Parahnya lagi, ia harus menjual airnya setengah harga karena kalau tidak, tidak ada yang membeli airnya. Akhirnya Embri membuat 2 bak tambahan. Kini ia mengangkat 4 ember sekaligus, dua ditangan kanan dan dua ditangan kiri sambil berlari. Selanjutnya ia menjual rumah dan kerbaunya serta gerobak agar dapat menampung air leih banyak lagi. Akan tetapi, ternyata Embri telah dimakan umur. Badannya kini tidak lagi kuat. Ia ingin membangun pipa seperti Pipi tetapi mengingat dia telah tua dan melihat Pipi berhasil, ia jatuh semangat. Apalagi ketika ia mengingat umurnya yang telah tua dan memakan waktu yang lama untuk membangun pipa seperti itu. Oleh karena Embri telah terbiasa hidup enak, hidupnya kini terasa sangat sulit. Makan sekali sehari, sangatlah menyakitkan bagi Embri. Akhirnya Embri pun pergi menjual baknya kepada Pipi. Sangatlah mungkin bagi Pipi untuk membelinya. Akhirnya dengan cara mengemis Embri pun menjual bak tersebut pada Pipi dengan harga  yang murah. Dengan mengalirnya air terus-menerus dalam pipa tersebut, mengalir teruslah keuntungan Pipi. Saat Pipi tertidur pun air tetap mengalir tanpa Pipi harus mengeluarkan tenaga sedikit pun. Pipi sekarang hanya perlu menyewa orang untuk menjaga pipanya agar tetap lancar. Akhirnya Pipi dapat membeli rumah dan kerbau tanpa bekerja keras lagi karena mendapat kiriman uang dari pipa bambu yang telah ia bangun sebelumnya.

Pelajaran yang didapat dari cerita tersebut adalah jangan anda bekerja untuk uang. Seharusnya uanglah yang bekerja untuk kita. Embri terus menerus mengambil air dengan ember untuk mendapatkan uang, sedangkan Pipi rela tidak mengontrak rumah agar ada uang yang pada akhirnya dapat ia jadikan pipa yang bekerja untuknya.

Ketika anda mengambil air, ingatlah bahwa bagaimanapun kita akan tua dan tidak sanggup lagi bekerja. Jangan menjadi tua seperti Embri yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan pendapatan. Selagi kita masih muda dan  mempunyai energi yang besar, cepat ikuti langkah Pipi yang menciptakan pekerjaan dan mendapatkan pendapatan walau ia sedang tidur sekalipun.


Courtesy of Book "Memulai Bisnis Informasi Digital"

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review